Jakarta (ANTARA) - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria
mengingatkan pentingnya akurasi data terkait polemik impor beras yang
belakangan terjadi.
Menurut Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu, Badan
Pusat Statistik (BPS) punya peran krusial dalam hal ini. Pasalnya, data
menjadi penting untuk menentukan perlu tidaknya impor.
"Kunci dari semua terkait kebijakan impor atau ekspor ataupun
langkah-langkah ini adalah soal data. Di sinilah BPS menjadi krusial,
menjadi penting perannya karena data ini jadi sumber untuk pengambilan
keputusan yang lebih akurat, yang lebih cepat," katanya dalam webinar
"Polemik Impor Beras di Akhir Tahun" yang dipantau secara daring di
Jakarta, Selasa.
Hal itu menjadi penting lantaran saat ini Indonesia telah memiliki kebijakan satu data.
"Sumber data hanya satu yaitu yang mempunyai otoritas adalah BPS bisa
menyampaikan data-data akurat sehingga sebagai dasar apakah perlu impor
apakah tidak," katanya.
Arif menyebut kebijakan perberasan nasional sangat sensitif secara
ekonomi dan politik karena merupakan komoditas yang strategis.
Ia menuturkan produksi beras sendiri sangat bergantung pada berbagai
variabel, terlebih di tengah perubahan iklim yang saat ini terjadi.
Belum lagi guncangan dari konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan krisis
energi sehingga harga pupuk mengalami kenaikan.